http://bit.ly/kerjadirumahaja
  • Emotion In Motion


    Tidak semua luapan emosi itu buruk,lho. Asalkan Anda tahu saja cara-cara menyalurkan apa yang Anda rasakan dalam situasi tertentu dengan benar.

    Cosmo ingin mengajak Anda berandai-andai kalau hidup itu - meminjam peribahasa zaman dulu - "panggung sandiwara", dan Anda adalah aktor-aktornya. Dalam sebuah sandiwara, konflik seringkali datang bertubi-tubi. Dan sebagai aktor, Anda mesti mengekpresikan emosi yang tepat supaya bisa dipercaya penonton. Kalau memang waktunya senang, ya mesti terlihat senang; kalau mesti prihatin, ya harus prihatin. Awas, jangan sampai tertukar, berbahaya!

    Nah, kurang lebih begitulah cara Emotional Intelligence (EQ) bekerja, yaitu pintar menyikapi suatu situasi dengan tampilan emosi yang benar. Dan kalau ingin karier yang sukses, tentunya sangat penting pula memiliki EQ. Mengapa? Karena dengan mengenali dan memahami emosi Anda sendiri akan membuat Anda lebih peka menghadapi berbagai situasi. Salah membaca situasi sedikit, maka siap-siap "dilempar" dengan kerutan alis, tatapannya bertanya-tanya, sampai langsung ke kritikan pedas.

    Pay attention!

    Sangat dianjurkan untuk mengaktifkan semua indera di tempat kerja, terutama dalam hal "mendengar". Dalam era informasi yang kini bergerak begitu cepat, ada kecenderungan untuk terus berbicara tanpa mau repot mendengar. Jadi kalau Anda berbicara lambat, ada kemungkinan lawan bicara menjadi tidak sabar sehingga ia akan menyelak sebelum Anda menuntaskan omongan Anda. Tapi ingat, komunikasi itu berlaku dua arah, darling. Anda sendiri tentu akan kesal kalau setelah panjang lebar bercerita tapi yang diajak ngobrol hanya sibuk "curhat" dengan Blackberry-nya saja bukan?

    Jangan mengeluarkan kata-kata yang menghujam kepada seseorang yang baru saja kehilangan anggota keluarga. Tidak tahu? Makanya usahakan mencari tahu sebelum memutuskan untuk berkata, "Hey, kantor bukan tempatnya menangis kerja yang serius, dong!" Padahal sebenarnya ia baru saja kehilangan kucing kesayangannya. Tapi jangan melakukan ini hanya karena ingin disukai oleh orang lho,-lakukan karena Anda memang benar-benar peduli. Tapi jangan lupa juga akan maksim yang berikut ini: Be nice to people on your way up, because you might see them on your way down.

    What simple is true

    EQ kurang lebih sama dengan apa yang disebut oleh Malcolm Gladwell dalam bukunya Outliers sebagai practical intelligence, yaitu "Mengetahui apa yang mesti dikatakan kepada seseorang, tahu kapan mengatakannya, dan tahu bagaimana menyampaikannya untuk mendapatkan efek yang maksimum." Nah, "rumus" sederhana ini bisa membantu Anda menganalisa situasi dengan tepat. Dan, voila!, Anda pun akan mendapatkan apa yang diinginkan!

    Sebagai wanita, sebenarnya Anda punya poin yang lebih menguntungkan ketimbang para pria. Wanita bisa lebih cepat menyatu dengan perasaan mereka dan mengambil tindakan lanjut berdasarkan apa yang mereka rasakan tersebut. Ini sangat kontras dengan seorang pria yang akan memakan waktu agak lama hanya untuk mengatakan, "Saya merasa...." Well, seorang pria mungkin akan menganggap melibatkan emosi dalam relasi bisnis sebagai sesuatu yang negatif karena mereka lebih memilih sesuatu yang straightforward. Walaupun, menurut Dr.David Grenshaw yang melakukan perbandingan reaksi pria dan wanita ketika dihadapi dengan situasi yang mengundang simpati, pria juga merasakan emosi yang sama dengan wanita, tapi bedanya mereka tidak menunjukkannya saja.

    Namun sebenarnya, melibatkan emosi dalam menjalin hubungan bisnis akan mengembangkan sifat-sifat positif yang patut dimiliki seperti simpati dan empati. So, being "emotional" is not always bad, asal jangan berlebihan saja, bisa-bisa Anda dibilang terlalu sensitif, lho.

    Control your emotions!

    Ingin tahu cara-cara mengembangkan EQ di dalam lingkungan kerja? Simak tip berikut :

    * Office case. Coba deh, ingat-ingat kelebihan dari tiga orang yang Anda kenal sudah bekerja. Cosmo yakin yang akan Anda ingat bukanlah betapa pintarnya mereka (walau ini mungkin juga sempat terlintas di pikiran), tapi lebih ke bagaimana gaya pembawaannya. Jangan hanya dikagumi saja, tapi contoh mereka juga!
    * In their shoes. Ingat peribahasa : put yourself in other people's shoes? Yup, EQ juga bisa digunakan untuk memperluas perspektif. Apabila bisa melakukannya maka Anda memiliki kemampuan untuk memahami perspektif orang lain, entah itu rekan kerja, klien ataupun atasan.
    * Listen to your heart. Coba sesekali mendengar dengan "hati". Ini akan membantu Anda jujur kepada diri sendiri, menjalin hubungan yang sehat, dan sebagai "pemandu" menuju peluang-peluang yang tak terduga.

    (Cosmo/miw)

    Source: Cosmopolitan, November 2010, halaman 216
    KapanLagi.com

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.

http://bit.ly/dbcn-kantorkeduaku