Sepertinya banyak orang tua yang kurang paham bahwa untuk menyenangkan anak tak harus selalu dengan bermain.
Professor Tanya Byron selaku psikolog anak mewawancarai 2 ribu orang tua dan 2 ribu anak usia 5-15 guna mencari tahu kebiasaan main mereka untuk laporan ‘State of Play, Back to Basics’ miliknya.
Hasilnya?
Satu dari lima orang tua lupa atau terlalu sibuk untuk bermain. Akibatnya, banyak anak lebih memilih bermain games di komputer sehingga mesin canggih ini bisa dianggap sebagai 'babysitter' yang selalu setia menemani harian anak. Yang lebih menyedihkannya lagi, sepertiga orang tua malah berpikir bahwa menghabiskan waktu dengan buah hati adalah sesuatu yang membosankan.
Untuk yang bersedia bermain, sebanyak satu dari tiga orang tua lebih memilih bermain games di komputer dengan buah hati ketimbang melakukan permainan tradisional di taman atau mengunjungi taman bermain. Sedangkan 9 dari 10 anak mengatakan bahwa games elektronik adalah sesuatu yang sebenarnya lebih suka mereka mainkan sendiri. Tiga perempat dari anak yang disurvei mengatakan sebenarnya lebih memilih menghabiskan waktu bersama orang tua untuk interaksi games menantang seperti scrabble misalnya.
Tanya juga menemukan meski anak-anak suka bersenang-senang seperti halnya para orang tua, namun ada perbedaan besar antara apa yang sebenarnya diinginkan anak-anak dengan apa yang orang tua pikir mereka ingin lakukan. Kurangnya komunikasi antar generasi merupakan kunci permasalahan, dan itu berarti keduanya memiliki kecenderungan malas berbicara satu dengan lainnya.
Bagaimana solusinya?
Tanya mengatakan,"Ada 4 hal yang diperlukan oleh orang tua dan anak agar bisa sukses bermain bersama yaitu pendidikan, inspirasi, integrasi, dan komunikasi. Orang tua perlu melangkah mundur dan berpikir mainan apa yang memuat 4 kunci di atas dan bagaimana pula dengan implementasinya. Kuncinya adalah dengan dialog yang terbuka dan jujur antara orang tua-anak. Para orang tua bisa memahami anaknya dengan kembali ke dasar, mengingat bahwa apa yang mereka suka lakukan ketika masih muda dulu." (wo/meg)
KapanLagi.com
Hasilnya?
Satu dari lima orang tua lupa atau terlalu sibuk untuk bermain. Akibatnya, banyak anak lebih memilih bermain games di komputer sehingga mesin canggih ini bisa dianggap sebagai 'babysitter' yang selalu setia menemani harian anak. Yang lebih menyedihkannya lagi, sepertiga orang tua malah berpikir bahwa menghabiskan waktu dengan buah hati adalah sesuatu yang membosankan.
Untuk yang bersedia bermain, sebanyak satu dari tiga orang tua lebih memilih bermain games di komputer dengan buah hati ketimbang melakukan permainan tradisional di taman atau mengunjungi taman bermain. Sedangkan 9 dari 10 anak mengatakan bahwa games elektronik adalah sesuatu yang sebenarnya lebih suka mereka mainkan sendiri. Tiga perempat dari anak yang disurvei mengatakan sebenarnya lebih memilih menghabiskan waktu bersama orang tua untuk interaksi games menantang seperti scrabble misalnya.
Tanya juga menemukan meski anak-anak suka bersenang-senang seperti halnya para orang tua, namun ada perbedaan besar antara apa yang sebenarnya diinginkan anak-anak dengan apa yang orang tua pikir mereka ingin lakukan. Kurangnya komunikasi antar generasi merupakan kunci permasalahan, dan itu berarti keduanya memiliki kecenderungan malas berbicara satu dengan lainnya.
Bagaimana solusinya?
Tanya mengatakan,"Ada 4 hal yang diperlukan oleh orang tua dan anak agar bisa sukses bermain bersama yaitu pendidikan, inspirasi, integrasi, dan komunikasi. Orang tua perlu melangkah mundur dan berpikir mainan apa yang memuat 4 kunci di atas dan bagaimana pula dengan implementasinya. Kuncinya adalah dengan dialog yang terbuka dan jujur antara orang tua-anak. Para orang tua bisa memahami anaknya dengan kembali ke dasar, mengingat bahwa apa yang mereka suka lakukan ketika masih muda dulu." (wo/meg)
KapanLagi.com




0 komentar: