http://bit.ly/kerjadirumahaja
  • Jika Anak Mengidap Asma


    Hati-hati terhadap batuk membandel dan berulang. Apalagi jika ditambah sesak napas. Bisa jadi merupakan gejala asma.

    Kadang kala orang tua menganggap ringan gejala batuk dan pilek yang menyerang anak. Apalagi saat ini tersedia berbagai obat di pasaran yang dianggap tokcer. Biasanya orang tua baru panik jika penyakit itu muncul lagi, padahal sudah diobati. Sembuh sebentar, tak lama kemudian muncul lagi. Bahkan, berlanjut dengan napas anak berbunyi "ngik-ngik" dan terlihat sulit bernapas. Wah, ada apa ini, jangan-jangan si kecil mengidap asma?

    TIDAK MENULAR
    Tapi apa, sih, asma? "Sebetulnya asma merupakan penyakit radang pada saluran pernapasan. Reaksi peradangan itu bisa berupa batuk, pilek lalu sesak napas," papar DR. dr. H. Muljono Wirjodiardjo, Sp.A(K)

    Asma sendiri tergolong penyakit yang bukan disebabkan infeksi, tapi dapat menimbulkan kematian. Ini diakibatkan penyempitan pada saluran napas, sehingga menyebabkan sesak napas. "Biasanya ini terjadi pada tahap asma yang sudah paling gawat," lanjut Muljono. Sebetulnya ada tiga reaksi pada peradangan yang menimbulkan sesak, yaitu saluran napas mengkerut dan menyempit, selaput lendir di dalamnya membengkak, dan mengeluarkan banyak lendir. Ketiga reaksi inilah yang membuat saluran napas menjadi sempit dan terasa sesak. Penyakit asma pada anak banyak ditemui di usia sekitar 8-9 tahun. Dan lebih banyak terjadi pada anak laki-laki. 

    Lalu apa yang harus kita pahami jika anak menderita asma? Yang jelas, asma bukan penyakit menular dan juga tidak bisa ditularkan. Tidak seperti penyakit TBC, misalnya. "Jika dikatakan penyakit turunan, sebagian besar memang asma ini diturunkan, meskipun tidak selalu secara langsung. Nah, yang diturunkan adalah bakat asmanya. Bakat asma ini sifatnya menetap, namun gejala asma dapat dihindari, dikendalikan, dan disembuhkan," jelas dokter spesialis Anak, Asma & Pernapasan di RS International Bintaro ini. 

    Jadi, anak-anak dari orang tua penderita asma tidak mutlak akan mendapat asma, walaupun ia mempunyai bakat asma. Bila lingkungannya baik maka gejalanya tidak serta merta muncul. Bahkan mungkin dapat sembuh dengan sendirinya. Bisa juga asma terjadi karena adanya perubahan, baik pada anak maupun lingkungannya. Misalnya, kondisi anak sedang tidak sehat, lalu lingkungan rumah berubah menjadi kotor (rumah direnovasi atau pindah rumah). Nah, udara yang penuh debu itu bisa jadi pemicu asma pada anak.
    Munculnya asma pada setiap anak berbeda. Ada yang berlangsung secara episodik atau berulang. Bisa hilang kemudian timbul lagi. Ada pula yang kronis, berlangsung terus-menerus. 

    DIAWALI BATUK
    Reaksi yang terjadi pada asma sangat bervariasi dan berbeda satu dengan anak yang lain. Dari ringan sampai berat. Pada asma yang ringan sampai asma sedang, reaksi muncul secara perlahan. Sedangkan asma berat sampai yang terberat, munculnya secara tiba-tiba. Bisa juga awal munculnya cuma asma ringan atau sedang, lalu menjadi gawat dan berat secara tiba-tiba. 

    Bagaimana mengenali gejalanya? "Seperti bersin-bersin dan batuk yang berulang. Untuk asma tahapan sedang, gejalanya berupa napas berbunyi "ngik-ngik". Sedangkan asma yang berat akan tampak dada sesak dan sukar bernapas. Jika napas sudah tersengal-sengal, bibir pucat atau biru, tidak sadar, itu sudah paling gawat," jelas Muljono. 

    Nah, asma yang berat atau gawat ini bisa menimbulkan kematian. Sebab, ia datang secara mendadak dan kebanyakan penderita ataupun keluarganya tidak siap. Tapi jangan buru-buru cemas. Sebelum asma terlanjur menjadi berat, ada banyak upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasinya.
    Percayalah, gejala asma dapat dihindari dan disembuhkan. Malah pada sebagian besar anak, ia sembuh sebelum mencapai usia dewasa. Apalagi jika lingkungan anak baik, asma pada anak dapat sembuh dengan sendirinya. 

    FAKTOR PENCETUS
    Reaksi pada asma terjadi karena ada pencetusnya. Karena itu, sebagai orang tua, Anda berdua harus tahu pencetus asma pada si kecil. Misalnya, anak akan bersin-bersin dan sesak napas jika masuk ke dalam ruangan yang berdebu. Nah, debu adalah reaksi pencetus dan ini terjadi secara mendadak atau tiba-tiba. Namun ada juga reaksi yang kronik, misalnya dalam beberapa waktu kemudian baru tampak gejalanya. 

    Infeksi juga bisa jadi pencetus. Misalnya karena virus sehingga anak influenza. Begitu pula makanan dan minuman tertentu, seperti coklat atau soft drink. Bisa juga karena binatang berbulu, seperti kucing, anjing, burung. "Sebetulnya yang menyebabkan alergi itu bukan bulu binatang, tapi air liurnya. Biasanya binatang tersebut menjilati tubuhnya, sehingga air liur menempel di bulunya. Nah, kalau sudah kering bulu ini bisa terbang. Inilah yang membuat alergi," ujar Muljono. 

    Masih banyak lagi pencetus asma. Misalnya asap rokok, obat nyamuk, kecoa, kembang api, debu halus, zat kimia, obat-obatan seperti aspirin, pergantian suhu udara yang mendadak, bahkan juga gejolak emosi. "Pada dasarnya asma bisa terjadi karena alergi dan nonalergi," terang Muljono. 

    OBAT SEMPROT HISAP
    Sangat dianjurkan pada anak yang mengidap asma untuk banyak minum agar lendir tidak menjadi kental. Kecuali itu diperlukan obat-obatan dan peralatan khusus, terutama untuk asma berat. Dari segi penggunaan, ada dua macam obat asma, yaitu untuk pencegahan dan mengatasi serangan. "Ada tiga kandungan rasional pada obat asma. Yaitu, obat untuk melebarkan jalan napas atau merelaksasi (bronkodilator), obat untuk menekan reaksi peradangan saluran napas (anti-inflamasi) dan obat untuk mencairkan dahak/lendir agar mudah keluar dari saluran napas (mukolitika)," jelas Muljono. 

    Muljono menambahkan, obat untuk mengatasi serangan biasa digunakan untuk menghilangkan gejalanya. Seperti menghilangkan batuk, sesak napas dan lendirnya. 

    Sedangkan obat untuk pencegahan asma biasanya untuk memperkuat saluran napas. Bentuknya bermacam-macam, tablet, sirup, disemprotkan di mulut sekaligus dihisap atau disedot, dan ada juga yang dengan peralatan khusus.
    Pernah disinyalir obat yang dihisap dianggap bisa merusak jantung dan menimbulkan ketergantungan. "Sebetulnya, pemakaian obat semprot hisap itu lebih efektif mencegah serangan dibanding obat lain," ujar Muljono. 

    Sebab, obat yang disemprotkan bisa langsung masuk ke saluran napas. Sedangkan proses obat yang diminum cukup rumit, masuk ke lambung, lalu diserap oleh darah, lewat ginjal, hati, jantung, otak, akhirnya barulah sampai ke saluran napas. Selain itu, obat yang disemprotkan dosisnya sedikit sehingga efek samping yang mungkin ditimbulkan juga kecil. Dalam jangka panjang, obat ini pun lebih ekonomis. 

    Berbeda dengan obat yang diminum, dosisnya perlu banyak. Jika diminum terus-menerus kemungkinan bisa menimbulkan efek samping yang berbahaya. Seperti kemungkinan tulang jadi keropos atau pertumbuhan tinggi badannya kurang. Kelemahan obat semprot hisap, kalau serangannya terlalu berat pada anak, ia tidak bisa digunakan. 

    "Sekarang ini untuk pengobatan pada anak, lebih banyak dipakai obat yang langsung hisap. Mungkin ada beberapa anak yang agak kesulitan menghisap, karena belum terlatih, sehingga obatnya menjadi percuma. Karena itu dipakailah cara inhalasi. Keuntungannya, obat dapat disemprotkan dengan agak lama sehingga anak bisa menghisap secara perlahan-lahan, kira-kira dalam waktu 15 menit," jelas Muljono. 

    Bila anak asma tidak ditangani, lama-kelamaan dahak yang tertinggal di paru-paru makin kental dan akan sulit keluar. Oleh karena itu dianjurkan pengobatan dengan inhalasi. Jika penyediaannya di rumah terlalu mahal, bisa dilakukan di rumah sakit, dan dilakukan secara rutin, misalnya selama 4 hari berturut-turut. 

    BISA SEMBUH
    Asma pada anak dapat sembuh dengan sendirinya meski tidak diobati. Tentu saja ada perbedaan antara yang ditangani dengan yang tidak. "Anak penderita asma yang ditangani dengan baik, perkembangan fisik maupun kecerdasannya tidak akan terganggu. Anak tumbuh dengan rasa percaya diri, kecerdasannya normal dan prestasinya juga baik. 

    Sedangkan anak yang tidak ditangani dengan baik, perkembangannya bisa terganggu. Meskipun ia nanti sembuh dengan sendirinya, tapi kondisinya ringkih, kurang percaya diri, dan lainnya. Selain itu, jika ia sering mengalami serangan, tentunya kerap tidak masuk sekolah karena harus ke dokter dan sebagainya. Akhirnya prestasi sekolahnya menurun. Sebaliknya, jika ia ditangani dengan baik, ia bisa berprestasi dengan baik seperti anak lainnya, tidak menimbulkan cacat tubuh atau gangguan pertumbuhan fisik dan psikis yang merisaukan. 

    Jika pencegahan asma ditangani dengan baik, penanganan asma pun akan lebih mudah. "Tindakan pencegahan 70 persen efektif dibanding dengan pengobatan yang cuma 25 persen. Hanya saja harus konsisten," ujar Muljono. Misalnya jika diketahui bahwa pencetusnya adalah debu, hindarilah anak dari debu. Konsekuensinya, di dalam rumah tidak boleh pakai karpet. Jika anak alergi pada binatang, jauhkan dari binatang tersebut. Bila tidak diupayakan seperti itu sudah pasti anak tidak akan sembuh-sembuh. Selain itu, siapkan selalu obat-obatan untuk asma. Berikan jika anak mulai batuk-batuk, jangan tunggu sampai ia sesak. 

    Sumber :  Dedeh Kurniasih/nakita

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.

http://bit.ly/dbcn-kantorkeduaku