Sudah hampir tengah malam saat aku berchat ria dengan seorang teman. Setelah ngobrol beberapa saat, dia bertanya, "Mbak, nggak mau mencoba dagang secara konvensional?" Jawabku, "Modal buat dagang kan gede mbak?" Dia membalas, "Nggak juga koq mbak...yang penting niat buat nawarin". "Nah itu dia mbak....aku pinternya cuma ngomong lewat tulisan. Kalo disuruh ngomong buat nawarin dagangan ke orang-orang....aku bisa keringat dingin duluan mbak. lagian aku kuper. Aku keluar rumah cuma buat nganter anak sekolah". Sambil ngetik gitu, aku ngebayangin....pergi ke sekolah anakku, menggandeng 4 anak, nenteng dagangan.....Apa jadinya ya????
Setelah percakapan itu, aku jadi mulai menghitung-hitung mana yang lebih memberikan keuntungan antara dagang konvensional VS MLM via d'BC.
Bantuin ngitung yukkk......
Keuntungan :
Dagang Konvensional :
Per bulan : Modal Rp. 1.000.000,-
Untung 30% Rp. 300.000,-
Untung 1 tahun = 12 x 300.000 = Rp. 3.600.000,-
MLM via d'BC :
*dengan asumsi tidak jualan hanya untuk konsumsi pribadi dan level naik sekedarnya
bulan 1 : Modal tutup poin Rp. 400.000
Bonus 3% Rp. 60.000
Defisit ( Rp. 340.000)
bulan 2 : Modal tupo Rp. 400.000
Bonus 6% Rp. 150.000
Defisit ( Rp. 250.000)
bulan 3 : Modal tupo Rp. 400.000
Bonus 9% Rp. 350.000
Defisit ( Rp. 50.000 )
bulan 4 : Modal tupo Rp. 400.000
Bonus 12% Rp.1.000.000
surplus Rp. 600.000
bulan 5 : Modal tupo Rp. 400.000
Bonus 15% Rp. 1.700.000
Surplus Rp. 1.300.000
bulan 6 : Modal tupo Rp. 400.000
bonus 18% Rp. 3.500.000
Surplus Rp. 3.100.000
bulan 7 : modal tupo Rp. 400.000
bonus 21% Rp. 5.500.000
Surplus Rp. 5.100.000
bulan 8 : modal tupo Rp. 400.000
bonus 21 % Rp. 6.000.000
Surplus Rp. 5.600.000
bulan 9 : modal tupo Rp. 400.000
bonus 21% Rp. 6.500.000
Surplus Rp. 6.100.000
bulan 10 : modal tupo Rp. 400.000
bonus 21% Rp. 6.700.000
surplus Rp. 6.300.000
bulan 11 : modal tupo Rp. 400.000
bonus 21% Rp. 6.800.000
Surplus Rp. 6.400.000
bulan 12 : modal tupo Rp. 400.000
bonus 21% Rp. 7.000.000
cash reward director Rp. 7.000.000
surplus Rp. 13.600.000
Surplus - defisit = 48.100.000 - 640.000 = 47.460.000
Tadi kita hitung dengan asumsi ogah jualan. Kalo mau jualan pasti nggak bakal ada istilah defisit ya....
Tapi, walaupun bulan2 awal defisit sebenarnya nggak defisit juga lho...karena kita kan bisa nikmati pake produknya :)
Nah...udah tahu kan apa sebabnya aku lebih suka jalanin MLM yg notabene banyak dipandang sebelah mata sama orang daripada dagang konvensional.
Itu tadi cuma keuntungan secara financial. Keuntungan lainnya, aq nggak perlu menghabiskan banyak waktu buat belanja nyetok dagangan dan menjajakan dagangan. Dan juga, lebih fleksibel dalam pengaturan jam kerja. Terserah aku sempatnya kapan buat ngerjain. kalo sempatnya di atas jam 10 malam...ya jam 10 malam ke ataslah baru dikerjain. kalo sempatnya siang...ya sianglah dikerjain.
Dan yang paling penting, jika suatu saat nanti aku lelah menjalan bisnis ini, aku bisa mewariskannya ke anakku tanpa mengurangi penghasilan yang sudah aku dapat.
Pilihan ada di tangan kita. Mau yang konvensional.....atau yang dipandang sebelah mata???
Setelah percakapan itu, aku jadi mulai menghitung-hitung mana yang lebih memberikan keuntungan antara dagang konvensional VS MLM via d'BC.
Bantuin ngitung yukkk......
Keuntungan :
Dagang Konvensional :
Per bulan : Modal Rp. 1.000.000,-
Untung 30% Rp. 300.000,-
Untung 1 tahun = 12 x 300.000 = Rp. 3.600.000,-
MLM via d'BC :
*dengan asumsi tidak jualan hanya untuk konsumsi pribadi dan level naik sekedarnya
bulan 1 : Modal tutup poin Rp. 400.000
Bonus 3% Rp. 60.000
Defisit ( Rp. 340.000)
bulan 2 : Modal tupo Rp. 400.000
Bonus 6% Rp. 150.000
Defisit ( Rp. 250.000)
bulan 3 : Modal tupo Rp. 400.000
Bonus 9% Rp. 350.000
Defisit ( Rp. 50.000 )
bulan 4 : Modal tupo Rp. 400.000
Bonus 12% Rp.1.000.000
surplus Rp. 600.000
bulan 5 : Modal tupo Rp. 400.000
Bonus 15% Rp. 1.700.000
Surplus Rp. 1.300.000
bulan 6 : Modal tupo Rp. 400.000
bonus 18% Rp. 3.500.000
Surplus Rp. 3.100.000
bulan 7 : modal tupo Rp. 400.000
bonus 21% Rp. 5.500.000
Surplus Rp. 5.100.000
bulan 8 : modal tupo Rp. 400.000
bonus 21 % Rp. 6.000.000
Surplus Rp. 5.600.000
bulan 9 : modal tupo Rp. 400.000
bonus 21% Rp. 6.500.000
Surplus Rp. 6.100.000
bulan 10 : modal tupo Rp. 400.000
bonus 21% Rp. 6.700.000
surplus Rp. 6.300.000
bulan 11 : modal tupo Rp. 400.000
bonus 21% Rp. 6.800.000
Surplus Rp. 6.400.000
bulan 12 : modal tupo Rp. 400.000
bonus 21% Rp. 7.000.000
cash reward director Rp. 7.000.000
surplus Rp. 13.600.000
Surplus - defisit = 48.100.000 - 640.000 = 47.460.000
Tadi kita hitung dengan asumsi ogah jualan. Kalo mau jualan pasti nggak bakal ada istilah defisit ya....
Tapi, walaupun bulan2 awal defisit sebenarnya nggak defisit juga lho...karena kita kan bisa nikmati pake produknya :)
Nah...udah tahu kan apa sebabnya aku lebih suka jalanin MLM yg notabene banyak dipandang sebelah mata sama orang daripada dagang konvensional.
Itu tadi cuma keuntungan secara financial. Keuntungan lainnya, aq nggak perlu menghabiskan banyak waktu buat belanja nyetok dagangan dan menjajakan dagangan. Dan juga, lebih fleksibel dalam pengaturan jam kerja. Terserah aku sempatnya kapan buat ngerjain. kalo sempatnya di atas jam 10 malam...ya jam 10 malam ke ataslah baru dikerjain. kalo sempatnya siang...ya sianglah dikerjain.
Dan yang paling penting, jika suatu saat nanti aku lelah menjalan bisnis ini, aku bisa mewariskannya ke anakku tanpa mengurangi penghasilan yang sudah aku dapat.
Pilihan ada di tangan kita. Mau yang konvensional.....atau yang dipandang sebelah mata???
(sumber : Facebook-Catatan Kusmilawaty Ihsan)
0 komentar: