http://bit.ly/kerjadirumahaja
  • Nak, Hargai Diri Sendiri, Donk!!

    Bagaimana perasaan anak tentang dirinya sendiri akan tercermin ke dalam setiap perilakunya, positif ataukah negatif. Dari sinilah sukses hidup anak akan ditentukan.
    Setelah memasuki hari pertama sekolah TK, Irene mulai diperkenalkan oleh orangtuanya bagaimana cara menggunakan pensil. Semula anak berusia lima tahun yang sejak umur tiga tahun telah terbiasa memencet-mencet tuts komputer itu tampak bergairah dengan pensil di tangannya.

    Namun, tiba-tiba ia menangis dan melempar pensilnya ke sudut meja, sambil mengatakan bahwa dirinya tidak bisa menggunakan pensil. Beruntung, sang ibu tahu apa yang terjadi pada anaknya. Ia berkata, “Kamu bisa memegang pensil. Mencet-mencet tuts komputer saja bisa, pasti pegang pensil juga bisa. Ayo, Ibu ajari.”

    Si ibu kemudian mengambil pensil itu dan menempatkan dalam posisi yang benar di jari-jari tangan putrinya. Sementara tangan kanannya dia letakkan di punggung tangan Irene yang memegang pensil, lalu digerakkanlah tangan mungil yang memegang pensil itu di atas kertas.

    “Tuh, ‘kan, Irene bisa ‘kan pegang pensil. Keluar deh gambarnya di kertas. Ayo coba lagi,” kata ibu. Setelah beberapa kali, Irene diminta untuk mencoba sendiri, tanpa bantuan ibunya. Anak itu mau mencoba karena tampaknya ia mulai bisa mengerti bagaimana memegang dan menggerakkan pensil.

    Dan ketika ia membuktikan bisa sendiri, tanpa bantuan ibunya, tak lama kemudian kertas mulai berhamburan penuh dengan coretan pensilnya. Bahkan, pada usia 8 tahun ia sudah mulai menulis cerita pendek dan puisi, dengan komputer. Jika menggambar, gambarnya selalu bercerita, seperti komik pendek.

    Kalau ditanya apa gambarannya tentang diri sendiri (self concept), anak kedua dari lima bersaudara yang kini berusia 12 tahun dan menjadi salah satu anak terpandai di sekolah ini dengan tegas berkata, “Irene itu cantik, pintar, baik hati, tetapi agak judes dan nggak suka urusan dapur.”

    Konsep Diri Positif
    Bagaimana perasaan anak tentang dirinya sendiri, apakah rendah atau tinggi, dan perasaan penghargaan pada dirinya sendiri, yang lazim disebut self esteem, oleh para pakar psikologi disebut sebagai kunci sukses dalam hidup.
    Perkembangan konsep diri yang positif atau perasaan penghargaan pada diri sendiri yang sehat, sungguh luar biasa penting perannya bagi kebahagiaan dan sukses anak. Dan menjadi tugas orangtua untuk membantu anak-anak mengembangkan self esteem itu.

    Sayangnya, orangtua tidak selalu tahu bagaimana menumbuhkan dan mengembangkan self esteem itu. Malah dalam banyak kasus dijumpai orangtua tanpa sadar justru mengucapkan kata-kata maupun berperilaku yang berdampak negatif pada bagaimana perasaan anak terhadap dirinya sendiri.

    Misalnya, ketika merasa jengkel dengan permintaan anak yang bertubi-tubi, ayah atau ibu yang sedang kesulitan keuangan lantas berucap, “Kamu ini jadi anak kok selalu bikin pusing orangtua.” Ketika anak disuruh melakukan sesuatu dan ternyata hasilnya tidak  memuaskan, ayah atau ibu berkata, “Memang kamu ini bodoh, nggak seperti Si......”
    Boleh jadi ayah atau ibu bermaksud baik dengan mengingatkan kepada anak bahwa dia telah “bikin pusing” atau “bodoh”. Dengan peringatan itu diharapkan anak berubah menjadi tidak bikin pusing dan tidak bodoh.

    Apa yang terjadi? Sebutan tukang bikin pusing atau bodoh dan sebutan lain seperti bego, goblok, nakal, pembohong, si lemah, si jelek, dan sebagainya itu bukannya mengubah anak menjadi lebih baik, melainkan justru membentuk konsep diri anak yang negatif. “Aku anak bodoh,” atau “Aku anak nakal,” atau “Aku pembohong,” dan seterusnya.
    Dengan konsep diri (self concept) yang negatif ini, perasaan penghargaan pada diri sendiri si anak pun menjadi rendah. Konsep diri yang negatif akan menumbuhkan self esteem yang rendah.

    Dilatih Sehari-hari

    Sayangnya, dalam keseharian orangtua lebih mudah mengungkapkan respon negatif ketimbang yang positif. Mengungkapkan perasaan negatif lebih gampang ketimbang memperlihatkan perasaan positif. Pujian lebih mahal ketimbang cacian.

    Padahal, yang harus dilakukan orangtua adalah membuat anak merasa bahwa dirinya berharga, dirinya penting, dirinya baik, dirinya mampu, dirinya diperhatikan, dirinya disayang, dan seterusnya sehingga terbentuk konsep diri yang positif.
    Lantas, apa tindakan konkret yang perlu dilakukan oleh orangtua? Menurut Child Develoment Institute, Amerika Serikat, ada beberapa hal yang bisa dilakukan orangtua sehari-hari.

    1. Ketika Anda merasa bahwa anak Anda telah melakukan hal-hal yang baik atau memberikan penilaian positif, ungkapkan perasaan positif itu kepada anak. Anak akan mengingat ungkapan positif itu dan akan menyimpan memori itu untuk dirinya.

    2. Jangan pelit dengan penghargaan. Berikan yang disebut penghargaan deskriptif, supaya anak tahu kenapa dia mendapat pujian. Jika anak menyelesaikan tugas, katakan, “Ibu/ayah benar-benar senang dengan caramu mengatur kamar, semua barang diletakkan di tempat yang tepat.” Jika anak memperlihatkan bakatnya, katakan, “Kamu betul-betul punya bakat yang bagus.” Jangan ragu-ragu untuk memujinya di depan orang lain, juga menyangkut pembentukan karakternya yang positif. Misalnya katakan, “Ayah/ibu bangga melihat bagaimana kamu menghadapi setiap situasi yang tidak selalu mudah.” Berikan pula pujian atas sesuatu yang tidak dilakukannya, seperti, “Kami bangga karena kamu bisa tidak berbohong.”

    3. Ajari anak-anak untuk berlatih membuat pernyataan positif bagi dirinya sendiri (self talk). Misalnya, jika ia menghadapi kesulitan, ajarkan ia untuk berkata, “Aku pasti bisa, asal aku mau mencoba lagi dan mencoba lagi.”

    4. Hindari melancarkan kritik yang membuatnya malu atau merasa buruk. Misalnya, “Kenapa kamu malas sekali, anak bego?”

    5. Ajari anak mengambil keputusan dan mengenali saat dia mengambil keputusan yang bagus. Misalnya, biasakan dia untuk memilih apa yang diinginkannya, dan katakan “Bagus,” jika ia mengambil pilihan tepat.

    Persoalan berikutnya adalah, apakah Anda menganggap penting itu semua dan mau melatih diri sendiri supaya bisa membiasakan anak memiliki konsep diri positif dan perasaan penghargaan diri yang tinggi.

    (sumber: gayahidupsehatonline.com)

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.

http://bit.ly/dbcn-kantorkeduaku